Tingkat Pengetahuan Pasien dalam Melakukan Cara Mengontrol dengan Perilaku Pasien Halusinasi Pendengaran
Oleh: Marisca Agustina
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) dan kepandaian. Kategori pengetahuan meliputi kemampuan untuk mengatakan kembali dari ingatan hal-hal khusus dan umum, metode dan prosesnya mengingat suatu pola, susunan, gejala atau peristiwa. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tahu, memahami, aplikasi/ penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. Dalam tersebut dapat diartikan sebagai bahan dasar pengetahuan dalam melakukan cara mengontrol halusinasi kepada pasien. Dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makluk hidup) yang bersangkutan.
Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh- tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antar lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Hasil penelitian sejalan dengan Elyani Sembiring penelitian tahun 2006 dengan judul “Tingkat pengetahuan perawat terhadap kemampuan pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa”. Penelitian deskriptif ini didapatkan hasil 53,3% pasien perilaku kekerasan kurang dapat mengendalikan amarah dengan baik dan tingkat pengetahuan perawat sebagian besar tinggi (46,3%).
Namun kenyataan yang didapatkan peneliti dilapangan, ditemukan pengetahuan pasien yang kurang baik, dimana perawat ruangan masih kurang dalam pengetahuannya, bagaimana cara untuk mengontrol halusinasi kepada pasien dan sehingga pasien tersebut tidak bisa mengontrol halusinasinya dengan baik. Pada saat berjalannya kegiatan cara mengontrol halusinasi para pasien yang kontruktif mengikuti kegiatan tetapi pasien tersebut ada yang masih menyendiri dan berbicara sendiri. Dan fenomena yang terjadi dilapangan pasien tidak terlalu diperhatikan oleh perawat diruangan dalam hal memberikan cara mengontrol halusinasi tetapi malah yang selalu mendampingi pasien tersebut adalah pekerja kebersihan yang ada diruangan tersebut, sehingga pada saat kegiatan memberikan cara mengontrol ditemukan pasien kambuh, yang dimana pasien tersebut menyendiri dan asik dengan dunianya sendiri dan terkadang pasien tersebut mengamuk dengan mendegar suara-suara yang mengganggu dia. Sedangkan kegiatan memberikan cara mengontrol ini untuk kesembuhan pasien itu sendiri.
Penerapan pengetahuan merupakan kemampuan intelektual yang harus dilakukan oleh perawat pada saat melakukan tindakan keperawatan jiwa, untuk itu penerapan strategi pelaksanaan dengan mengontrol halusinasi sangat penting untuk dilakukan pada pasien jiwa, selain dapat menjalin hubungan saling percaya, juga dapat meningkatkan kesembuhan pasien. Mengajarkan cara mengontol halusinasi dalam tindakan keperawatan bayak tidak dilakukan perawat karena banyak faktor salah satunya adanya mahasiswa yang sedang praktek sehingga perawat merasa tidak perlu melakukan pada pasien. Diharapkan bagi rumah sakit dapat mengadakan penyegaran mengenai penerapan strategi pelaksanaan agar perawat termotivasi untuk melakukannya.
Pengetahuan pasien yang kurang baik dapat meyebabkan kurang aktifnya kegiatan. Maka diperlukan pengetahuan pasien yang baik agar kegiatan memberikan cara mengontrol halusinasi tersebut bisa berguna untuk kesembuhan pasien halusinasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Berdasarkan variabel penelitian didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol yang pada pasien halusinasi yang baik sebanyak 29 orang dari 50 (58,0%) dan perilaku pasien halusinasi yang kurang baik sebanyak 21 orang dari 50 (42,0%).
Berdasarkan variabel penelitian didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol pasien halusinasi yang destruktif sebanyak 21 orang dari 50 (42,0%) dan perilaku pasien halusinasi yang kontruktif sebanyak 29 orang dari 50 (58,0%).
Berdasarkan analisis bivariat, bahwa responden tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik dalam perilaku pasien halusinasi didapatkan sebanyak 18 (85,7%) dan 3 (14,3 %) pasien yang destruktif mengikuti kegiatan, sedangkan tingkat pengetahuan pasien yang baik didapatkan sebanyak 18 (62,1 %) pasien yang aktif mengikuti kegiatan dan 11 (37,9%) pasien yang kontruktif. Hasil uji chi- square diperoleh nilai p value sebesar 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol dengan perilaku pasien halusinasi pendengaran.
Hasil penelitian dapat memberikan data yang dikaitkan dengan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar pelayanan keperawatan yang diberikan ditingkatkan untuk mencapai pelayanan yang optimal.
Hendaknya pihak Rumah Sakit Jiwa dapat membuat SOP (Standar Operasional Prosedur) tingkat mengetahuan pasien dalam mengontrol halusinasi pendengaran.
Guna kepentingan ilmiah maka diharapkan adanya kelanjutan dari penelitian-penelitian selanjutnya, diantaranya: tentang hubungan tingkat pengetahuan pasien dalam mengontrol halusinasi pendengaran. Peneliti lain dapat menggunakan metode penelitian kualitatif untuk penelitian yang berhubungan dengan peran perawat.